Menyongsong Khilafah Kasyidah di atas Minhaj Nubuwah

22 April 2012

Kontradiksi Doktrin Kemaksuman Syiah terhadap Al-Qur'an dan Sunnah ( Bantahan Syubhat )




4.       Kontradiksi doktrin kemaksuman Syiah terhadap Al-Quran dan Sunnah.
Jadi siapakah yang telah bermuka masam pada saat itu? Inilah pertanyaan yang kita bahas apakah Rasul tetap dapat dinyatakan maksum?
Namun sebelumnya secara jelas bagi pemeluk agama Syiah mengharuskan para Nabi dan Rasul harus maksum dari Dosa besar maupun kecil, maksum dari terlupa atau keliru. Hal itu karena pemeluk agama Syiah telah mematok kemaksuman bukan hanya pada para Nabi dan Rasul bahkan pada para Imam mereka. Tokoh mereka Al-Majlisi (w. 111 H) menyatakan :
اعلمأنّالإماميّةاتّفقواعلىعصمةالأئمّة-عليهمالسّلام-منالذّنوب-صغيرهاوكبيرها- فلايقعمنهمذنبأصلاًلاعمدًاولانسيانًاولاالخطأفيالتّأويلولاللإسهاءمناللهسبحانه

“Ketahuilah, bahwa para pengikut Imam bersepakat akan kemaksuman para Imam -’alayhissalam- dari dosa baik dosa besar maupun dosa kecil- pada dasarnya tidak terjadi pada mereka dosa baik sengaja, lupa, keliru takwil (tafsir) maupun maupun lalai dari Allah Subhana.”(Bihar Al-Anwar 25/211)
Artinya bagaimana mungkin para Nabi dan Rasul dibawah para Imam mereka dalam hal kemaksuman ? Inilah bahasan kita yang akan meruntuhkan doktrin kemaksuman mereka yang telah di buka dengan Surat Abasa sebelumnya. Dan kami akan menunjukkan riwayat mereka yang membatalkan ucapan Al-Majlis tokoh agama mereka sendiri.
Lalu kita kembali, mungkin anda ingin bertanya, bagaimana mungkin kedudukan Rasul bisa dicela sehingga menunjukkan beliau tidak maksum? Baiklah kami akan jawab sekaligus menghancurkan pondasi doktrin aqidah kemaksuman imam-imam kalian sampai runtuh berantakan dengan pukulan Firman Allah Ta’ala dan Sabda Rasul-Nya shallallahu’alayhi wa sallam.
Pertanyaan kami adalah siapakah yang patut di ikuti hukumnya dalam tata cara pemuliaan para Nabi dan Rasul? Kita sepakat Dialah Allah Azza wa Jalla. Bagaimanakah Allah memperlakukan para Nabi dan Rasul-Nya. Lihatlah dengan memahami isinya beberapa firman Allah Azza wa Jalla :
Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Maka keduanya (Adam dan Isterinya) memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. kemudian Tuhannya memilihnya] Maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (QS. Thaha : 121-122)
Yang dimaksud “dan durhakalah Adam kepada Tuhan” yaitu tidak menaati larangan dari mendekati pohon tersebut.Dan maksud “sesatlah ia” dari kata (غي)ghay yang berarti keluar dari jalan yang benar yang diperintahkan Allah Ta’ala.

Syaikh Muhammad Amin Al-Syinqithi rahimahullahberkata :
 “Adam tidak menaati Tuhannya maka ia bersalah keluar dari jalan yang benar karena ketidak taatannya. Hal ini disebut maksiyat dan sesat. Allah Jalla wa ‘Ala telah menjelaskan di beberapa tempat lainnya di dalam Kitab-Nya bahwa yang dimaksud dengan hal itu adalah Allah telah memperbolehkan kepadanya (Adam) dan isterinya untuk memakan  makanan di surga sesukannya.Dan (hanya saja) Allah melarang keduanya untuk mendekati pohon tertentu. Dan ternyata syetan terus-menerus membisikkan was-was bujukan kepada mereka berdua dan bersumpah dengan nama Allah bahwa bujukannya itu adalah nasehat. Dan mereka berdua bila memakannya maka akan mendapatkan kekekalan dan kerajaan yang tidak usang.................hingga perkataan beliau........dan telah kami bahas sebelumnya bahwa ayat ini dan semisalnya di dalam Al-Quran merupakan hujjah bagi pendapat yang menyatakan bahwa Para Nabi tidaklah maksum dari dosa kecil. (Adhwa’ Al-Bayan, 4/187)
Allah Ta’ala juga berfirman :
“Keduanya (Adam dan isterinya) berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.”(QS. Al-‘Araaf : 23)
Syaikh Al-Alusy rahimahullahberkata :“Keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah menganiaya diri Kami sendiri,” yaitu kami telah membahayakan diri kami sendiri dengan maksiyat.”(Ruh Al-Ma’ani , 6/142)
Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul,(ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya Dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.(QS. Ash-Shafat : 139-145)
Allah Ta’ala juga berfirman :
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiya : 87-88)

Syaikh Muhammad Amin Al-Syinqithirahimahullah berkata :
“Dan Firman-Nya pada ayat yang mulia ini : ((مُغَاضِباً - dalam keadaan marah) yakni dalam keadaan marah terhadap kaumnya. Dan makna المفاعلةAl-Mafaa’alah pada perkataan tersebut : bahwasannya ia membuat marah kaumnya dengan berpisahnya ia( dari mereka ) dan menakut-nakuti mereka dengan adzab yang akan sampai kepada mereka, dan mereka juga membuat ia marah ketika ia mendakwahi mereka kepada Allah namun mereka tidak menjawab dakwahnya. Maka beliau  mengancam mereka dengan adzab. Lalu ia keluar (meninggalkan) mereka -sebagaimana kebiasaan para Nabi ketika akan turun adzab- sebelum Allah mengizinkan beliau untuk keluar ( meninggalkan kaumnya). Abu Hayan berpendapat seperti itu dalam kitabnya Al-Bahar. Dan ia juga berkata : dikatakan makna (مُغَاضِباً mughadhiban) sangat marah dan berasal dari wazan المفاعلة Al-Mafaa’alah yang mana tidak menunjukkan اشتراك isytiraak (saling membuat marah). Contohnya عَاقَبْتُaku(menghukum) pencuri, dan سَافَرْتُaku bersafar.(Adwa’ Al-Bayan, 4/307)
Lalu dengarlah bagaimana Allah Subhana Wa Ta’ala mendidik Rasul yang mulia shallallahu’alayhi wasallam.
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. kalian menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS. Al-Anfal : 67)
Saya akan tambahkan lagi :
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. At-Tahrim : 1)
Apakah kalian tahu wahai pemeluk agama Syiah yang dimaksud dalam ayat ini. Ketahuilah Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu’alayhiwasallampernah mengharamkan dirinya minum madu untuk menyenangkan hati isteri-isterinya. Maka turunlah ayat teguran ini kepada Nabi. Apa yang dilakukan beliau menahan diri untuk tidak memakan makanan tertentu karena alasan tertentu sebenarnya merupakan syari’at Nabi Ya’kub sebelum turunnya Taurat.Namun setelah turunnya surat At-Tahrim maka hal itu lebih tegas diharamkan, sebagaimana Allah berfirman :
“ semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah Dia jika kamu orang-orang yang benar".(QS. Ali Imran : 93)

Ketahuilah ini merupakan عتاب celaan Allah Ta’ala kepada Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Lihatlah bagaimana Allah memperlakukan para Nabi-Nya. Pantaskah kalian menuduh kami telah lancang terhadap Nabi kami shallallahu’alaihiwasallam dalam surat Abasa padahal Allah yang telah menyatakan celaan-Nya kepada Nabi-Nya. Karena dangkalnya ilmu kalian maka kalian bodoh terhadap hal ini.
Lihatlah kembali Firman Allah :
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.(QS. At-Taubah : 113)

Wahai pemeluk agama Syiah siapakah yang berbicara dalam ayat ini ? Allah kah ataukah bukan?
Sekarang akan kami tunjukkan akidah yang benar sesuai yang diajarkan Allah kepada Rasul-Nya.
Umat Islam sepakat bahwa Para nabi terutama Nabi Muhammad ‘alayhimush shalatu was salam mereka maksum(terjaga) dari kesalahan dalam menyampaikan wahyu dan hukum-hukum yang berasal dari Allah ‘Azza wa Jalla. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala :
“Demi bintang ketika terbenam. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.(QS. An-Najm :1-5)

Dan tidak terdapat perbedaan pendapat ahli ilmu mengenai kemaksuman para Nabi dari dosa besar kecuali mengenai dosa kecil. Kadangkala para Nabi terjadi pada mereka dosa kecil namun tidak terus-menerus bahkan mereka akan mendapat teguran sehingga meninggalkannya. Adapun mengenai perkara dunia kadangkala terjadi kesalahan lalu mereka diingatkan. Sebagaimana cerita Nabi dimintai pendapat tentang tata cara yang tepat dalam perkawinan tanaman kurma. Dimana beliau bersabda ;
إنماقلتذلكظنامنيوأنتمأعلمبأمردنياكمأماماأخبركمبهعناللهعزوجلفإنيلمأكذبعلىالله
”Hanya saja aku berpendapat seperti itu berdasarkan persangkaanku sedangkan kalian lebih mengetahui perkara dunia kalian(pertanian-pen). Adapun yang aku kabarkan yang berasal dari Allah Azza wa Jalla maka sesungguhnya aku tidak berdusta atas Allah.(HR. Muslim)

Sekarang kepada pemeluk agama Syiah silahkan kalian berbicara sepert ini :
‘Faksi Sunni ini mendasarkan pendapat mereka pada hadis-hadis yangdiriwayatkan dalam kitab-kitab mereka tentang bagaimana Nabi Muhammad SAWtertidur dan lupa akan waktu salat, dan bahkan lupa melakukan wudhu untuk shalat.’............Inilah sebagian kecil dari tindakan-tindakan yang paling keji ulamaulama’Bani Umayah itu.
Perhatikan bahwa menurut kaum Syi’ah, hadis-hadis ini tidaklah otentikatau bukan merupakan satu kebenaran apapun. Lagi pula, hadis-hadis ini disisipkanke dalam kitab-kitab mereka oleh Bani Umayah, di antara yang lainnya, untuk membenarkan penyimpangan dan kekejian mereka.
(Antologi Islam hal. 67)

Silahkan anda berbicara sesukannya tanpa merasa malu. Namun perkataan anda tiada artinya bagi kami bila kami ajukan riwayat dalam kitab-kitab sandara kalian dari Imam Ja’far Ash-Shadiq rahimahullahyang berkata :
وعن الصادق: قال: إن رسول الله رقد عن صلاة الفجر حتى طلعت الشمس ، ثم صلاها حين استيقظ ، ولكنه تنحى عن مكانه ذلك ثم صلى
“Sesungguhnya Rasulullah pernah tertidur lelap belum mengerjakan shalat fajar hingga matahari terbit, lalu beliau shalat ketika terbangun. Namun (sebelumnya) beliau berpindah dari tempat tersebut lalu beliau shalat.”(Al-Kaafi 2/81, Al-Bihar 17/103 tidak ada seorangpun dari kalangan Syiah yang mendhaifkan hadits ini)
Dan dari Imam Baqir berkata :
صلى النبي صلاة وجهر فيها بالقراءة فلما انصرف قال لأصحابه: هل أسقطت شيئا في القرآن ؟ قال: فسكت القوم ، فقال النبي : أفيكم أبي بن كعب ؟ فقالوا: نعم ، فقال: هل أسقطت فيها شيئا ؟ قال: نعم يا رسول الله إنه كان كذا وكذا ...
“Nabi melaksanakan shalat dengan mengeraskan bacaannya. Tatkala beliau selesai, beliau bertanya kepada para sahabatnya :”Apakah aku telah keliru berkaitan dengan bacaan Al-Quran?” Berkata Al-Baqir :”Mereka diam”, Maka bersabda Nabi : “Bagaiamana menurutmu ya Ubay bin Ka’ab? Maka mereka menjawab :”Benar”. Maka beliau bersabda :”Apakah aku telah keliru?” Maka ia(Ubay bin Ka’ab) menjawab :”Benar ya Rasulullah sesungguhnya kesalahan pada hal ini dan ini...”(Al-Mahasin 236, Al-Bihar 17/105,)

Lalu perhatikan Al-Harawi yang berkata :
قلت للرضا: يا ابن رسول الله إن في سواد الكوفة قوما يزعمون أن النبي لم يقع عليه السهو في صلاته ، فقال: كذبوا لعنهم الله ، إن الذي لا يسهو هو الله الذي لا إله إلا هو
“Aku bertanya kepada Ar-Ridha :”Wahai putera Rasulullah sesungguhnya diantara masyarakat kufah terdapat suatu kaum yang mengklaim bahwa Nabi tidak pernah terjadi padanya kelupaan dalam shalatnya.” Maka beliau menjawab : “Mereka telah berdusta semoga laknat Allah kepada mereka, sesungguhnya yang tidak pernah lupa Dialah Allah yang tiada sesembahan yang hak selain Dia.”(‘Uyuun Akhbar Ar-Ridha 2/203, Al-Bihar 17/105, 25/350, 44/271. Dan Nur Ats-Tsaqalain 1/564)

Sadarkah kalian wahai pemeluk agama syiah? Sudahlah engkau lepaskan jubah kedustaan Syiah yang telah mengeksploitasi kebesaran nama ahlul bait yang sebenarnya mereka berlepas diri dengan segala kedustaan dan kejahatan yang kalian sadarkan kepada mereka. Kami insya Allah bisa menunjukkan tentang kejahatan kalian kepada mereka. Kami tahu kata-kata cinta kalian kepada mereka hanyalah rayuan gombal berbisa








Tidak ada komentar:

Posting Komentar