Menyongsong Khilafah Kasyidah di atas Minhaj Nubuwah

22 April 2012

Dari Segi Bahasa ( Bantahan Syubhat )


3.       Dari segi gaya bahasa
Lalu kalian membuat para pembaca ragu sebagai berikut :
Bagaimanapun, faktanya adalah Qur'an tidak memberikan keterangan apapun bahwa orang yang bermuka masam kepada orang buta adalah Nabi Muhammad SAW dan juga tidak memastikan siapa yang dituju (oleh ayat tersebut). Dalam ayat-ayat di atas Allah SWT tidak mengalamatkan kepada Nabi Muhammad SAW entah oleh nama atau julukannya (yakni wahai Muhammad, atau wahai Nabi, atau wahai Rasulullah).
(Antologi Islam,hal. 60-61)
Kami bertanya pula kepada kalian: “dari manakah pula keterangan bahwa pelaku tersebut adalah Utsman bin Affan, sedangkan Al-Quran tidak menyebutkan sedikitpun nama Utsman bin Affan?”

Lalu kami merasa aneh dengan pernyataan kalian :

Lebih dari itu, terjadi perubahan kata benda dari `dia’ dalam dua ayat pertama kepada ‘engkau’ dalam ayat-ayat terakhir dalam surah tersebut. Allah tidak menyatakan, Engkau bermuka masam dan berpaling’. Alih-alih, Yang Maha Kuasa menyatakan, Dia bermuka dan berpaling (ketika ia tengah bersama Nabi). Karena telah datang kepadanya seorang yang buta. Tahukah kamu bahwa ia (orang buta tersebut) ingin membersihkan dirinya dari dosa (QS. 80:1-3).
Kendatipun kita mengandaikan bahwa ‘engkau’ dalam ayat ke tiga tertuju kepada Nabi Muhammad SAW, maka nyatalah dari tiga ayat di atas bahwa kata-kata ‘dia’ (orang yang bermuka masam) dan ‘kamu’ tertuju pada dua orang yang berbeda. Dua ayat selanjutnya mendukung gagasan ini; Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,maka kamu melayaninya (QS. 80: 5-6).
(Antologi Islam,hal. 60-61)
Kami katakan “Janganlah kalian licik dan menambah keraguan dengan berdusta terhadap pendapat al-Qumi tokoh kalian yang tidak membedakan antara “dia” dan “engkau” yang tetap tertuju hanya pada satu orang saja dalam surat tersebut, perhatikan perkataan Al-Qumi :
سورة عبس مكية (بسم الله الرحمن الرحيم عبس وتولى أن جاء ه الاعمى) قال: نزلت في عثكن وابن أم مكتوم وكان ابن أم مكتوم مؤذنا لرسول الله صلى الله عليه وآله وكاناعمى، وجاء إلى رسول الله صلى الله عليه وآله وعنده اصحابه وعثكن عنده، فقدمه رسول الله صلى الله عليه وآله عليه فعبس وجهه وتولى عنه فانزل الله عبس وتولى يعني عثكن ان جاءه الاعمى (وما يدريك لعله يزكى) أي يكون طاهرا ازكى (او يذكر) قال يذكره رسول الله صلى الله عليه وآله ثم خاطب عثكن فقال: (أما من استغنى فأنت له تصدى) قال انت إذا جاء ك غني تتصدى له وترفعه (وما عليك ألا يزكى) أي لا تبالي زكيا كان او غير زكي إذا كان غنيا (وأما من جاء ك يسعى) يعنى ابن ام مكتوم (وهو يخشى فأنت عنه تلهى) أي تلهو ولا تلتفت اليه
“Surat Abasa turun di Mekah.(Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Dia bermuka masam dan berpaling tatkala datang kepadanya seorang yang buta). Ia berkata : Ayat tersebut diturunkan kepada Utskan(maksudnya Utsman-pen) dan Ibnu Ummi Maktum, Ibnu Ummi Maktum adalah seorang muadzin Rasulullah shallallahu’alayhiwa ‘ala alihi wa sallam dan ia adalah seorang buta. Ia pernah datang kepada Rasulullah shallallahu’alayhi wa alihi wasallam  dan bersama beliau terdapat para sahabatnya dan Utskan. Maka Rasulullah shallallahu’alayhiwa ‘ala alihi wa sallam mendahulukannya, saat itu bermuka masamlah ia dan berpaling darinya maka Allah menurunkan ayat :Dia bermuka masam dan berpaling , yaitu Utskan. Tatkala datang kepadanya seorang yang buta (tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa)) yakni menjadi seorang yang menyucikan dirinya (atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran) ia berkata : Rasulullah shallallahu’alayhi wa alihi wasallam memberikan pengajaran padanya. Kemudian seruan kepada Utskan(Utsman-pen) maka Dia berfirman :( Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup Maka kamu melayaninya) Dia berfirman :engkau ini jikalau datang kepadamu orang kaya kamu layani dia dan kamu muliakan ia,( Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman)) yakni kamu tiada urusan padanya entahkan ia menjadi orang yang mensucikan diri ataukah tidak walaupun ia orang kaya (dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran)) yaitu Ibnu Ummi Maktum (sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya) yaitu kamu mengabaikannya dan tidak mau memperhatikannya. (Tafsir Al-Qumi,2/405-406)
Silahkan unggah :

Lihatlah sendiri kata “dia dankamu ” di alamatkan kepada Utsman menurut Al-Qumi.

Begitu pula Al-Murthadha, ia berkata :
لأن العبوس ليس من صفات النبي(ص) مع الأعداء المباينين، فضلاً عن المؤمنين المسترشدين، ثم الوصف بأنّ يتصدّى للأغنياء ويتلّهى عن الفقراء، لا يشبه أخلاقه الكريمة
”.......karena bermuka masam bukanlah sifat Nabi shallallahu’alayhi ala alihi wasallam terhadap musuh-musuhnya yang nyata, apalagi terhadap orang beriman yang mencari bimbingan. Lalu (dia - orang yang bermuka masam-pen) disifati dengan orang yang maunya hanya melayani orang kaya dan mengabaikan orang miskin, hal itu tidaklah menyerupai Akhlak yang mulia........(Tafsir Majma’ Al-Bayan, 10/266)
Kami bertanya kepada kalian, Ahli tafsir manakah yang memisahkan antara kata “dia” dan” kamu” dari surat Abasa tersebut?Maka kami tidak perlu bersusah payah membongkar kelicikan kalian.
Untuk lebih jelasnya cobalah kalian perhatikan ayat berikut :

Karena telah datang seorang buta kepadanya.(QS. Abasa : 2)

Kata (جاءه) “telah datang kepada-nya”,  bila di cermati kata (جاء) “dia (orang buta) datang” fi’il madhi sekaligus fa’il yang menashabkan kata (ه )”dia (orang yang bermuka masam)” dalam bentuk dhamir (kata ganti orang ketiga) dalam keadaan manshub karena menjadi maf’ul(penderita/obyek).
Ini menunjukkan orang yang bermuka masam yang didatangi oleh orang buta adalah satu-satunya orang yang dituju oleh orang buta tersebut yang mana karena ada suatu keperluan padanya. Lalu alasan apakah yang menyebabkan orang buta tersebut menemui orang yang akan bermuka masam padanya? Jawabannya nampak pada ayat berikut :
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?”(QS. Abasa : 3-4)

Maka khithab(seruan) “kamu” dari وما يدريكyang ma’thuf (disambungkan) dengan  عبس (dia bermuka masam) merupakan pemberitahuan kepada orang yang bermuka masam tersebut mengenai tujuan orang buta tersebut datang kepadanya.

Dan nyata sekali orang yang bermuka masam di cela karena perbuatannya yang keliru :
“ Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup. Maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman). dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah),  Maka kamu mengabaikannya.”
Maka mengertilah orang bermuka masam tersebut hakikat permasalahannya :
“ Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).”(QS. Abasa : 7)
Yaitu “kamu hanya sebatas menyeru dan menyampaikannya saja.”

Ayat tersebut menunjukkan tugas Rasul sebagaimana dalam ayat yang lain:
" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan” (QS. Ar-Ra’du :7)
“ kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). “(QS. Asy-Syura : 48)


Jadi akan terasa aneh bila kata “dia” dan “kamu” dipisahkan buat dua oknum yang berbeda.

Pernyataan kalian tersebut menunjukkan dangkalnya ilmu kalian mengenai gaya bahasa yang dipakai di dalam Al-Quran. Mengenai perubahan bentuk kata dia menjadi engkau dalam surat Abasa silahkan perhatikan perkataan Ulama Syiah rujukan kalian sendiri Syaikh Ath-Thabrasi dalam kitabnya Tafsir Majma’ Al-Bayan juz 10 hal. 266-267 :
المعنى : ( عبس ) أي بسر وقبض وجهه ( وتولى ) أي أعرضن بوجهه ( أن جاءه الأعمى ) أي لأن جاءه الأعمى ( وما يدريك لعله ) أي لعل هذا الأعمى ( يزكى ) يتطهر بالعمل الصالح ، وما يتعلمه منك ( أو يذكر ) أي يتذكر فيتعظ بما يعلمه من مواعظ القرآن . ( فتنفعه الذكرى ) في دينه . قالوا : وفي هذا لطف من الله عظيم لنبيه ( ص ) ، إذ لم يخاطبه في باب العبوس ، فلم يقل عبست . فلما جاوز العبوس عاد إلى الخطاب فقال . وما يدريك . )إنتهى(

“ Makna : ( عبس )(Dia bermuka masam) yaitu memasamkan dan mengerutkan mukanya, وتولى) ) (Dan berpaling) yaitu memalingkan wajahnya, ( أنجاءهالأعمى ) (Tatkala datang kepadanya seorang yang buta) yaitu datang kepadanya seorang buta, ( ومايدريكلعله ) (tahukah kamu barangkali ia )  barangkali orang yang buta ini ( يزكى )(ingin membersihkan dirinya) menyucikannya dengan amalan yang shalih, dan belajar sesuatu darimu, ( أويذكر )( atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran) yakni mendapat pengajaran maka menerima nasihat dari pengajaran yang berasal dari Al-Quran. ( فتنفعهالذكرى ) (maka bermanfatlah peringatan tersebut baginya) bagi agamanya. Mereka berkata : dan dalam nya terdapat kelembutan Allah kepada Nabi-Nya shallallahu’alayhi wa ‘ala alihi wasallam. Dimana Allah tidak menyeru (dengan mengunakan kata ganti orang kedua “kamu”-pen) dalam bab bermuka masam (pada ayat pertama-pen). Allah tidak berfirman “Engkau telah bermuka masam.”Namun tatkala telah selesai penyinggungan “bermuka masam” maka kembalilah kepada khithab(seruan orang kedua yaitu “kamu”-pen) maka Allah berfirman( ومايدريكلعله ) (tahukah kamu).”Selesai.
Silahkan unggah :
Sekarang giliran kami Ahlu Sunnah menjabarkannya melalui perkataan Ibnu Zaidrahimahullah:
إنماعبسالنبيصلىاللهعليهوسلملابنأممكتوموأعرضعنه،لانهأشارإلىالذيكانيقودهأنيكفه،فدفعهابنأممكتوم،وأبىإلاأنيكلمالنبيصلىاللهعليهوسلمحتىيعلمه،فكانفيهذانوعجفاءمنه.
ومعهذاأنزلاللهفيحقهعلىنبيهصلىاللهعليهوسلم:"عبسوتولى"بلفظالاخبارعنالغائب،تعظيمالهولميقل:عبستوتوليت. ثمأقبلعليهبمواجهةالخطابتأنيسالهفقال:"ومايدريك"أييعلمك"لعله"يعنيابنأممكتوم"يزكى" بماأستدعىمنكتعليمهإياهمنالقرآنوالدين،بأنيزدادطهارةفيدينه،وزوالظلمةالجهلعنه.

“ Hanyasanya Nabi shallallahu’alayhiwasallam bermuka masam kepada Ibnu Ummi Maktum dan berpaling darinya, karena beliau telah memberikan isyarat kepada orang yang menuntunnya untuk mencegahnya(untuk sementara-pen). Namun Ibnu Ummi Maktum menolaknya dan ia tidak mau kecuali ia dapat berbicara dengan Nabi shallallahu’alayhiwasallam hingga Nabi mau mengajarinya. Perbuatan Ibnu Ummi maktum tersebut sebenarnya sebagian dari adab yang buruk. Bersamaan itu Allah menurunkan ayat atas haknya Ibnu Ummi maktum (untuk meninggikan hatinya sebagai rukhsah karena ia seorang yang buta yang tidak tahu situasi sesungguhnya-pen)kepada Nabi-Nya shallallahu’alaihiwasallam : “Dia bermuka masam ” (Dia dalam bentuk kata orang ketiga-pen)sebagai bentuk pemuliaan(maksudnya pengajaran secara halus-pen) kepada Nabi (ketika Allah menegur beliau-pen). Pengkabaran datang dalam bentuk ghaib(kata ganti orang ketiga).Dan Allah tidak berfirman :”engkau telah bermuka masam dan berpaling.” Lalu mengarah kepada beliau dengan bentuk seruan (kamu) sebagai bentuk kelembutan Allah kepada beliau. Allah berfirman :ومايدريك ”tahukah kamu” yakni ia mengetahuimu, لعله “agar dia” Ibnu Ummi Maktum dapat menyucikan dirinya dengan apa yang ia butuhkan dari pengajaranmu kepadanya mengenai Al-Quran dan ilmu agama. Yang dengannya makin meningkatlah pensucian agamanya, dan lenyaplah gelapnya kebodohan.”(Tafsir Qurthubi,19/213)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar