MENGHANCURKAN DOKTRIN KEMAKSUMAN
SYIAH
Pendahuluan
بسم الله الرحمن لرحيم
الحمد لله رب العالميىن و الصلاة والسلام على رسول الله و على آله و
صحبه أجمعين.
Sebelum
kami menulis Tulisan ini, sebenarnya kami sedikit acuh tak acuh terhadap
kelompok Syiah Rafidhah. Kami mencukupkan diri dengan bantahan para ulama
sunnah terhadap mereka. Namun ketika kami mulai berteman dengan beberapa oknum
yang ternyata nota bene adalah Syiah maka kami menemukan euforia syiah iran
nampak sekali dari .Dan parahnya,
mereka tanpa malu menghina ahlusunnah yang mereka gelari wahabi. Karena itu
kami merasa cemburu bila agama Islam ini dipermainkan oleh kaum munafik Syiah.
akhirnya terjadi perdebatan antara kami dengan mereka hingga keluar tulisan ini
untuk membongkar jebakan mereka. Dalam tulisan ini kami akan memperlihatkan
kebodohan para pengikut syiah mulai dari ketidak tahuan mereka terhadap bahasa
agama Islam yaitu bahasa arab hingga tahrif (penyelewengan) penerjemahan
disertai kebodohan mereka terhadap perkataan para tokoh agama mereka. Intinya
kebodohan terhadap kebenaran menyebabkan mereka tanpa rasa malu menganggap
agama syiah merekalah yang benar. Selanjutnya kami persilahkan kepada siapapun
menilai kami (ahlu sunnah) dan mereka para pemeluk agama syiah.
Orang Syiah tersebut melemparkan
sebuah opini, dia berkata:
Siapakah yang menghina orang buta??
Surah ke 80 (Abasa):
Dengan nama
Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Dia (seorang pemimpin Bani Umayah tertentu)
bermuka masam dan berpaling
(ketika ia sedang bersama Nabi),Karena telah datang seorang buta (Ibnu Ummi Maktum) kepadanya, Tahukah kamu mungkin ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) Atau dia ingin mendapatkan pelajaran, sehingga pelajaran itu memberi rnanfaat kepadanya (orang buta)?Adapun orang yang merasa dirinya (pemimpin Bani Umayah) serba cukup,Maka kamu melayaninya?Padahal tiada (celaan) atasmu jika dia tidak membersihkan diri (beriman) Dan adapun orang yang datarvg kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran)Sedang ia takut (kepada Allah dalam hatinya) Maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah satu peringatan.
(ketika ia sedang bersama Nabi),Karena telah datang seorang buta (Ibnu Ummi Maktum) kepadanya, Tahukah kamu mungkin ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) Atau dia ingin mendapatkan pelajaran, sehingga pelajaran itu memberi rnanfaat kepadanya (orang buta)?Adapun orang yang merasa dirinya (pemimpin Bani Umayah) serba cukup,Maka kamu melayaninya?Padahal tiada (celaan) atasmu jika dia tidak membersihkan diri (beriman) Dan adapun orang yang datarvg kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran)Sedang ia takut (kepada Allah dalam hatinya) Maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah satu peringatan.
Sebab
turunnya surah ini merupakan peristiwa sejarah yang terjadi. Suatu ketika Nabi
Muhammad SAW tengah bersama sejumlah orang kaya Quraisy dari suku Umayah, di
antaranya Utsman bin Affan, yang bela¬kangan menduduki tampuk
kekhalifahan.Ketika Rasulullah SAW tengah mengajari mereka, Abdullah bin Ummi
Maktum, seorang buta dan termasuk salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW,
datang kepadanya. Nabi Muhammad SAW menyambutnya dengan penuh hormat dan
memberikan tempat duduk yang paling dekat dengan dirinya. Bagaimanapun, Nabi
tidak menjawab pertanyaan orang buta itu dengan segera mengingat ia berada di
tengah-tengah pembicaraan dengan suku Quraisy.Karena Abdullah miskin dan buta,
para pembesar Quraisy merendah¬kannya dan mereka tidak suka penghormatan dan
penghargaan yang ditujukan kepadanya oleh Nabi Muhammad SAW. Mereka juga tidak
suka kehadiran orang buta di tengah-tengah mereka sendiri dan perkataannya yang
menyela perbincangan mereka dengan Nabi Muhammad SAW. Akhirnya, salah seorang
kaya dari Bani Umayah (yakni Utsman bin Affan) bermuka masam dan berpaling
kepadanya.
Perbuatan
pembesar Quraisy ini tidak diridhai oleh Allah SWT dan pada gilirannya Dia
menurunkan Surah Abasa (80) melalui malaikat Jibril di waktu yang sama. Surah
ini memuji kedudukan Abdullah kendati ia papa dan buta. Dan dalam ayat-ayat
belakangan Allah ‘mengingatkan’ Nabi-Nya SAW bahwa mengajari seorang kafir
tidaklah penting andai kata orang kafir itu tidak cenderung untuk menyucikan
dirinya dan menyakiti seorang mukmin hanya karena ia tidak kaya dan
sehat.Sekelompok mufasir Sunni yang bersama Nabi Muhammad SAW sepanjang standar
aturan-aturan moral biasa menuduh beliau menghina Abdullah, dan dengan itu,
mereka mencoba mengatakan bahwa beliau tidak bebas dari kelemahan karakter dan
perilaku. Ini terjadi ketika orang yang menghina si miskin tadi adalah seorang
kaya dari Bani Umayah yang masih non-Muslim, atau baru masuk Islam (yakni
Utsman). Namun sebagian orang demi membersihkan wajah Utsman dari perilaku buruk
semacam itu tidak segan dan sungkan menuduh Nabi Muhammad SAW berbuat seperti
itu (bermuka masam) dan mengritik Nabi Muhammad SAW demi membela Utsman.
(di ambil
dari buku "Antologi Islam").....
Tolong tanggapannya.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar