Menyongsong Khilafah Kasyidah di atas Minhaj Nubuwah

22 April 2012

Surat Abasa Menghancurkan Doktrin Kemaksuman Syiah


SURAT ABASA
MENGHANCURKAN DOKTRIN KEMAKSUMAN SYIAH

Pendahuluan

بسم الله الرحمن لرحيم
الحمد لله رب العالميىن و الصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين.
Sebelum kami menulis Tulisan ini, sebenarnya kami sedikit acuh tak acuh terhadap kelompok Syiah Rafidhah. Kami mencukupkan diri dengan bantahan para ulama sunnah terhadap mereka. Namun ketika kami mulai berteman dengan beberapa oknum yang ternyata nota bene adalah Syiah maka kami menemukan euforia syiah iran nampak sekali dari .Dan parahnya, mereka tanpa malu menghina ahlusunnah yang mereka gelari wahabi. Karena itu kami merasa cemburu bila agama Islam ini dipermainkan oleh kaum munafik Syiah. akhirnya terjadi perdebatan antara kami dengan mereka hingga keluar tulisan ini untuk membongkar jebakan mereka. Dalam tulisan ini kami akan memperlihatkan kebodohan para pengikut syiah mulai dari ketidak tahuan mereka terhadap bahasa agama Islam yaitu bahasa arab hingga tahrif (penyelewengan) penerjemahan disertai kebodohan mereka terhadap perkataan para tokoh agama mereka. Intinya kebodohan terhadap kebenaran menyebabkan mereka tanpa rasa malu menganggap agama syiah merekalah yang benar. Selanjutnya kami persilahkan kepada siapapun menilai kami (ahlu sunnah) dan mereka para pemeluk agama syiah.

Orang Syiah tersebut melemparkan sebuah opini, dia berkata:
Siapakah yang menghina orang buta??
Surah ke 80 (Abasa):
Dengan nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Dia (seorang pemimpin Bani Umayah tertentu) bermuka masam dan berpaling
(ketika ia sedang bersama Nabi),Karena telah datang seorang buta (Ibnu Ummi Maktum) kepadanya, Tahukah kamu mungkin ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) Atau dia ingin mendapatkan pelajaran, sehingga pelajaran itu memberi rnanfaat kepadanya (orang buta)?Adapun orang yang merasa dirinya (pemimpin Bani Umayah) serba cukup,Maka kamu melayaninya?Padahal tiada (celaan) atasmu jika dia tidak membersihkan diri (beriman) Dan adapun orang yang datarvg kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran)Sedang ia takut (kepada Allah dalam hatinya) Maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah satu peringatan.
Sebab turunnya surah ini merupakan peristiwa sejarah yang terjadi. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW tengah bersama sejumlah orang kaya Quraisy dari suku Umayah, di antaranya Utsman bin Affan, yang bela¬kangan menduduki tampuk kekhalifahan.Ketika Rasulullah SAW tengah mengajari mereka, Abdullah bin Ummi Maktum, seorang buta dan termasuk salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, datang kepadanya. Nabi Muhammad SAW menyambutnya dengan penuh hormat dan memberikan tempat duduk yang paling dekat dengan dirinya. Bagaimanapun, Nabi tidak menjawab pertanyaan orang buta itu dengan segera mengingat ia berada di tengah-tengah pembicaraan dengan suku Quraisy.Karena Abdullah miskin dan buta, para pembesar Quraisy merendah¬kannya dan mereka tidak suka penghormatan dan penghargaan yang ditujukan kepadanya oleh Nabi Muhammad SAW. Mereka juga tidak suka kehadiran orang buta di tengah-tengah mereka sendiri dan perkataannya yang menyela perbincangan mereka dengan Nabi Muhammad SAW. Akhirnya, salah seorang kaya dari Bani Umayah (yakni Utsman bin Affan) bermuka masam dan berpaling kepadanya.
Perbuatan pembesar Quraisy ini tidak diridhai oleh Allah SWT dan pada gilirannya Dia menurunkan Surah Abasa (80) melalui malaikat Jibril di waktu yang sama. Surah ini memuji kedudukan Abdullah kendati ia papa dan buta. Dan dalam ayat-ayat belakangan Allah ‘mengingatkan’ Nabi-Nya SAW bahwa mengajari seorang kafir tidaklah penting andai kata orang kafir itu tidak cenderung untuk menyucikan dirinya dan menyakiti seorang mukmin hanya karena ia tidak kaya dan sehat.Sekelompok mufasir Sunni yang bersama Nabi Muhammad SAW sepanjang standar aturan-aturan moral biasa menuduh beliau menghina Abdullah, dan dengan itu, mereka mencoba mengatakan bahwa beliau tidak bebas dari kelemahan karakter dan perilaku. Ini terjadi ketika orang yang menghina si miskin tadi adalah seorang kaya dari Bani Umayah yang masih non-Muslim, atau baru masuk Islam (yakni Utsman). Namun sebagian orang demi membersihkan wajah Utsman dari perilaku buruk semacam itu tidak segan dan sungkan menuduh Nabi Muhammad SAW berbuat seperti itu (bermuka masam) dan mengritik Nabi Muhammad SAW demi membela Utsman.
(di ambil dari buku "Antologi Islam").....
Tolong tanggapannya.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar